UNIVERSITAS BINA DARMA - PASCA SARJANA - TEKNIK SIPIL - TEKNIK BETON LANJUT (MTS2713011) - TEKNOLOGI BETON MUTAKHIR

dosen, bina darma UNIVERSITAS BINA DARMA - PASCA SARJANA - TEKNIK SIPIL - TEKNIK BETON LANJUT (MTS2713011) - TEKNOLOGI BETON MUTAKHIR. UNIVERSITAS BINA DARMA.

[img]
Preview
Text
13. TEKNOLOGI BETON Lanjut kuliah 4-5 (1) PASCA SARJANA 2019 - 2020 GENAP UBD.pdf

Download (722kB) | Preview
Official URL: https://www.binadarma.ac.id

Abstract

TEKNOLOGI BETON MUTAKHIR Bahan-bahan yang tidak diinginkan pada agregat • Ketidak murnian: mempengaruhi proses hidrasi semen dan setting pasta semen. Contoh: bahan organic seperti produk pembusukan tumbuhan seperti, humus, dapat dihilangkan dengan mencuci. • Pelapisan (coating) pada permukaan agregat yang menghalangi terjadinya lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen. Contoh: lempung pada agregat, debu atau lumpur.Kontaminasi garam, dapat mengakibatkan perkaratan tulangan, dapat diatasi dengan mencuci agregat. • Unsoundness karena adanya agregat yang unsound atau lemah. Contoh; gumpalan lempung, potongan kayu dan batu bara. Bila jumlahnya besar (antara 2-5% massa agregat), partikel ini bahaya bagi kekuatan beton dan terutama harus dihindari untuk beton yang harus mengalami gaya-gaya yang dapat mengakibatkan abrasi. Tiga katagori bahan-bahan yang tidak diinginkan yang mungkin terdapat pada agregat: Analisa saringan adalah proses untuk membagi suatu contoh agregat kedalam fraksi�fraksi dengan ukuran partikel yang sama dengan maksud untuk menentukan gradasi dan distribusi ukuran agregat. Ukuran saringan BS dan ASTM yang biasa digunakan untuk menentukan gradasi agregat. AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS BS bukaan (mm) ASTM bukaan (mm) BS bukaan (mm) ASTM bukaan (mm) 75 - 50 37.5 - 20 - 14 10 75 63 50 37.5 25 19 12.5 - 9.4 5.00 2.36 1.18 600 μm 300 μm 150 μm 4.75 2.36 1.18 600 μm 300 μm 150 μm Analisa saringan Contoh analisis saringan Ukura Bukaan BS % Massa Tertahan % Tertahan (Gram) % Kumulatif Yang Lolos % Kumulatif Tertahan 10 mm 5.0 mm 2.36 mm 1.18 mm 600 μm 300 μm 150 μm <150 μm 0 6 31 30 59 107 53 21 0.0 2.0 10.1 9.8 19.2 34.5 17.3 6.8 100 98 88 78 59 24 7 - 0 2 12 22 41 76 93 - Total 307 246 Modulus Kehalusan = 2.46 Fineness Modulus • Fineness modulus didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif yang tertahan pada saringan seri standar, dibagi 100. Seri standar terdiri dari saringan yang masing-masing mempunyai ukuran sebesar 2x ukuran saringan sebelumnya : 150, 300, 600 μm, 1.18, 2.36, 5.00 mm (ASTM no 100, 50, 30, 16, 8 dan 4). • Bila misalnya semua partikel pada suatu sample lebih kasar daripada saringan 600 μm, maka persen kumulatif yang tertahan pada saringan 300 μm harus diambil sebesar 100; demikian juga halnya untuk saringan 150 μm. • Biasanya fineness modulus dihitung untuk agregat halus. Nilai tipikal berkisar antara 2.3 sampai 3, nilai yang lebih tinggi menyatakan gradasi yang lebih kasar. • Fineness modulus berguna dalam mendeteksi variasi kecil pada agregat yang berasal dari sumber yang sama, yang dapat mempengaruhi workability beton segar. Gradasi mempengaruhi workability campuran beton namun tidak mempengaruhi kekuatan. Sekalipun demikian, untuk mencapai kekuatan yang tinggi dibutuhkan kompaksi/pemadatan maksimum dengan besar usaha yang masih dapat diterima, yang mana hal ini hanya dapat dilakukan apabila campuran cukup workable. Tidak ada gradasi yang ideal, karena adanya pengaruh lain yang berinteraksi, antara factor factor utama yang mempengaruhi workability, yaitu: • Luas permukaan agregat yang menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk membasahi seluruh partikel • Volume relative yang ditempati oleh agregat • Kecenderungan terhadap segragasi • Jumlah butir halus (fine) dalam campuran beton Persyaratan Gradasi Persyaratan Volume Absolut Butir Halus Ukuran Maksimum Agregat (mm) Volume Absolut Butir Halus (Fines) Sebagai Fraksi Volume Beton 8. 16. 32. 63. 0.165 0.140 0.125 0.110 Ukuran Agregat Maksimum Semakin besar partikel agregat, semakin kecil luas permukaan yang harus dibasahi per unit massa ( yaitu specific surface). Oleh karena itu, memperlebar rentang gradasi agregat dengan menggunakan ukuran maksimum yang lebih besar akan memperkecil kebutuhan air campuran. Sehingga untuk tingkat workability tertentu rasio air-semen dapat dikurangi dan konsekuensinya kekuatan meningkat. Tetapi walaupun begitu ada batas atas ukuran maksimum agregat dimana peningkatan kekuatan akibat berkurangnya kebutuhan air masih dapat mengimbangi efek negatif yang timbul dengan berkurangnya luas permukaan lekatan dan dengan adanya diskontinuitas akibat penggunaan agregat berukuran besar yang menyebabkan sifat heterogenitas beton menjadi menonjol. Sifat heterogenitas ini memberi pengaruh negative terhadap kekuatan beton. Untuk beton struktural ukuran agregat maksimum dibatasi pada ukuran 25mm sampai 40 mm, karena pertimbangan ukuran penampang beton dan jarak antara tulangannya. Jadi adalah penting untuk menggunakan agregat dengan gradasi sedemikian rupa sehingga diperoleh workability yang cukup dan segregasi minimumsehingga dicapai beton yang kuat dan ekonomis. BS 882 : 1983 dan ASTM C 33-84 memberikan limit gradasi untuk agregat halus dan agregat kasar. Spesifikasi Gradasi Agregat halus Ukuran Saringan % Yang Lolos BS ASTM BS ASTM 10 mm 5 mm 2.36 mm 1.18 mm 600 μm 300 μm 150 μm 3/8 in 3/16 8 16 30 50 100 100 89-100 60-100 30-100 15-100 5-70 0-15 100 95-100 80-100 50-85 25-60 10-30 2-10 Gradasi Praktis Agregat yang Gap-Graded (Bergradasi celah) Pada kurva gradasi, gap gradasi terlihat sebagai garis horizontal pada daerah ukuran yang ditiadakan. Untuk menghindari segragasi, gap-grading direkomendasikan untuk digunakan terutama untuk campuran beton dengan workability yang rendah yang akan dipadatkan dengan vibrator, dalam pengerjaannya diperlukan control dan penanganan yang lebih baik

Item Type: Other
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Civil Engineering and the Environment
Depositing User: Mr Edi Surya Negara
Date Deposited: 17 Feb 2022 05:10
Last Modified: 17 Feb 2022 05:10
URI: http://eprints.binadarma.ac.id/id/eprint/5771

Actions (login required)

View Item View Item