UNIVERSITAS BINA DARMA, UNIVERSITAS BINA DARMA UNIVERSITAS BINA DARMA - PASCA SARJANA - ILMU KOMUNIKASI - METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (MPK-1-03) - Pendekatan Hermeneutik. UNIVERSITAS BINA DARMA.
Text
16. e6 materi MPK2 2020 - 2021 GANJIL UBD.docx Download (18kB) |
Abstract
Pengertian Hermeneutik Secara etimologis, kata “hermeneutik” berasal dari bahasa Yunani hermeneunien yang berarti “menafsirkan”. Maka, kata benda hermeneunien secara harfiah dapat diartikan sebagai “penafsiran” atau interpretasi. Istilah Yunani ini mengingatkan kita pada tokoh mitologis yang bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Yupiter kepada Manusia. Hermes digambarkan seseorang yang mempunyai kaki bersayap dan lebih bayak dikenal dengan sebutan Mercurius dalam bahasa latin. Tugas Hermes adalah menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus ke dalam bahasa yang dimengerti manausia. Oleh karena itu, fungsi Hermes adalah penting sebab bila terjadi kesalah pahaman tentang pesan dewa-dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat manusia hermes harus mampu mengintrepretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa yang di pergunakan oleh pendengarannya. Sejak saat itu Hermes menjadi simbol seorang duta yang dibebani dengan sebuah misi tertentu. Berhasil tidaknya misi itu sepenuhnya tergantung tata cara bagaimana pesan itu disampaikan[4]. Sebagai turunan dari simbol dewa, hermeneutika berarti suatu ilmu yang mencoba menggambarkan bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan budaya yang lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial dalam situasi sekarang. Dengan kata lain, hermeneutika merupakan teori pengoprasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap sebuah teks. Karena kajian objek utamanya adalah pemahaman maka pesan yang terkandung dalam teks dengan variabelnya, maka tugas utama hermeneutika adalah mencari dinamika internal yang mengatur struktur kerja suatu teks untuk memproyeksikan diri keluar dan kemungkinan makna itu muncul[5]. Menurut istilah, hermeneutika biasa dipahami sebagai: “the art and science of interpreting especially authoritative writings; mainly in application to sacred scripture, and equivalent to exegesis” (seni dan ilmu menafsirkan khususnya tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab suci dan sama sebanding dengan tafsir). Ada juga yang memahami bahwa hermeneutika merupakan sebuah filsafat yang memusatkan bidang kajiannya pada persoalan “understanding of understanding (pemahaman pada pemahaman)” terhadap teks, terutama teks Kitab Suci, yang datang dari kurun, waktu, tempat, serta situasi sosial yang asing bagi para pembacanya[6]. Tentang makna hermeneutika,Zygmunt Bauman seperti yang dikutip oleh Komaruddin Hidayat, mengatakan bahwa hermeneutika adalah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan bagi pendengar atau pembaca. Hermeneutika merupakan satu disiplin yang perhatian utamanya dicurahkan pada aturan-aturan penafsiran terhadap teks[7].Ada yang megidentikkan hermeneutika dengan seni atau sains penafsiraan, ada yang mengartikannya sebagai metode penafsiran. Hermeneutik merupakan teori untuk mengoperasionalkan pemahaman dalam hubungannya dengan penafsiran terhadap teks[8]. Hermeneutik sebagai cara membaca yang sensitif terhadap hal yang dianggap penting untuk memahami inti dari tradisi penafsiran. Untuk itu ia berkaitan dengan bahasa. Menurut Nasr, dalam memahami makna teks harus dilihat adanya tiga faktor, yaitu penulis teks (al mu’allif) , teks itu sendiri (al nas), serta pembaca (al naqid)[9].Sedangkan Khalid Abou al-Fadl mengungkapkan tentang karakteristik dinamika antara pengarang, teks, dan pembaca. Pertanyaan yang muncul adalah: apa/siapa yang harus menentukan makna dalam sebuah penafsiran? Setidaknya ada tiga kemungkinan jawaban. Kemungkinan pertama adalah bahwa makna ditentukan oleh pengarang atau setidakya oleh upaya pemahaman terhadap maksud pengarang. Pengarang sebuah teks tampaknya telah memformulasikan maksudnya ketika ia membentuk sebuah teks, dan pembaca berusaha memahami maksud pengarang atau harus berusaha memahaminya. Gagasan tentang menyusun maksud pengarang dalam menyusun makna dipandang sebagai hal yang kompleks dan problematis. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa maksud pengarang dipandang tidak penting dalam menentukan sebuah makna.
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HE Transportation and Communications |
Divisions: | Faculty of Engineering, Science and Mathematics > School of Electronics and Computer Science |
Depositing User: | Mr Edi Surya Negara |
Date Deposited: | 13 Feb 2022 09:57 |
Last Modified: | 13 Feb 2022 09:57 |
URI: | http://eprints.binadarma.ac.id/id/eprint/5530 |
Actions (login required)
View Item |