REDESIGN FASILITAS KERJA LOKET PEMBAYARAN DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI STUDI KASUS PADA PT PLN Riska1 ABSTRAK PT PLN merupakan Perusahaan Milik Negara yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penyediaan jasa yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik dan salah satu aktifitas kerjanya adalah melayani pembayaran listrik yang dilakukan di loket pembayaran. pada proses penelitian di salah satu loket pembayaran dijumpai kondisi kerja yang kurang memperhatikan prinsipprinsip ergonomi dan dapat dilihat dari hasil subyektif karyawan terdapat keluhan yang dialami oleh karyawan selama bekerja, keluhan yang dirasakan dibagian tubuh seperti leher 8%, bahu 12%, lengan 8%, punggung 12%, pinggang 12%, pantat 16%, tangan 8%, paha 8%, pergelangan kaki 16% dan karyawan juga merasakan pelemahan kegiatan seperti menguap, mengantuk dan ada beban pada mata. Berdasarkan keluhan karyawan dibuat redesign fasilitas kerja seperti kursi dengan ukuran tinggi sandaran 56 cm, tinggi kaki 52 cm, lebar 39 cm, panjang 47 cm, meja dengan ukuran tinggi 60 cm, lebar 68 cm, panjang 136 cm, tempat uang dengan ukuran tinggi 60 cm, panjang 50 cm, lebar 50 cm. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi kerja sesudah redesign lebih baik dari pada kondisi kerja sebelum redesign berdasarkan hasil quesioner yang telah diberikan kepada karyawan dan pelanggan misalnya ukuran fasilitas kerja yang telah di sesuaikan dengan antropometri dan disesuaikan dengan keluhan karyawan dan pelanggan. Kata Kunci: Ergonomi, Fasilitas Kerja, Stasiun Kerja. ABSTRACT PT PLN is a state-owned company that provides services to the community in the provision of services related to the sale of electricity and one of its activities is to serve the electricity payments made at the payment counter. in the research process in one of the checkouts working conditions encountered less attention to ergonomic principles and can be seen from the results of subjective complaints of the employees there by the employee during the work, grievances felt parts of the body such as neck 8%, 12% shoulder, arm 8 %, back 12%, 12% hips, buttocks 16%, 8% of the hands, thighs 8%, 16% ankle and employees also feel the weakness of activities such as yawning, sleepy and there is a burden on the eyes. Based on employee complaints made redesign work facilities such as seats with backrest height 56 cm, 52 cm high legs, width 39 cm, length 47 cm, table height 60 cm, width 68 cm, length 136 cm, where the money with the height 60 cm, length 50 cm, width 50 cm. From the analysis has been done can be seen that the working conditions after the redesign is better than the working conditions before quesioner redesign based on the results that have been granted to employees and customers such as the size of the facility that has been working with anthropometry adjusted and adapted to the complaints of employees and customers. Keywords: Ergonomics, Facilities Work, Work Station I. Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan fasilitas kerja sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai resiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja dengan pendekatan ergonomi. Pertimbangan ergonomi memasukkan aspek kemudahan dan kenyamanan pengguna dalam mengoperasikan suatu alat. Manusia sebagai pelaku harus menjadi patokan dalam merancang stasiun kerja sehingga alat dan fasilitas yang dibuat menyesuaikan dengan perilaku manusia. Dengan memasukkan pertimbangan ergonomi dalam perancangan stasiun kerja maka kesalahan manusia dalam pengoperasian alat diharapkan secara sistematis menjadi berkurang. Jika seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka sangat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pekerjaan itu. Secara garis besar faktor yang mempengaruhi manusia tersebut dapat dibagi dua, yaitu faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual berasal dari diri orang itu sendiri misalnya usia, pendidikan, motivasi, pengalaman. Faktor situasional berasal dari luar diri pekerja misalnya tata letak ruang kerja kondisi mesin, kondisi pekerjaan, karakteristik lingkungan. Berbeda dengan faktor-faktor individual, faktor-faktor situasional ini dapat diubah untuk memberikan pengaruh pada keberhasilan kerja. Interaksi manusia dengan produk teknologi sudah berlangsung sejak awal peradaban manusia dimana teknologi mulai merupakan bagian dari kemanusiaan pada saat manusia menemukan dan mengembangkan berbagai bagian dari usaha mempertahankan hidupnya. Peralatan ini terus dikembangkan sehingga didapatlah peralatan dari berbagai jenis untuk berbagai kegunaan dan dengan tingkat kecanggihan yang semakin tinggi. PT PLN merupakan Perusahaan Milik Negara yang memberikan pelayanan kepada calon pelanggan dan masyarakat dalam penyediaan jasa yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik satu-satunya di Indonesia dan salah satu aktifitas kerjanya adalah melayani pembayaran listrik yang dilakukan di loket pembayaran. Dalam melakukan kegiatannya PLN menyediakan bagian pelayanan pelanggan yang tugasnya memberikan pelayananan yang dibutuhkan oleh setiap pelanggan. Pelayanan merupakan unsur yang sangat penting di dalam usaha meningkatkan kepuasan konsumen. Pada dasarnya posisi pelayanan ini merupakan fakor pendukung terhadap aktivitas pemasaran jasa PLN. Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan tenaga listrik oleh PT PLN kepada masyarakat pada umumnya dan pelanggan pada khususnya, maka berdasarkan instruksi Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 1800/09/M.DJL/89 tanggal 25 Mei 1989, mengistruksikan kepada seluruh jajaran PT PLN (Persero) untuk melaksanakan langkahlangkah peningkatan efisiensi, mutu pelayanan dan keandalan penyediaan tenaga listrik. Untuk itu PLN memberikan perhatian khusus kepada kegiatan pelayanan dalam hal pemenuhan kebutuhan pelanggan agar dalam pelaksanaannya dapat memuaskan pelanggannya. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan redesign fasilitas loket pembayaran dengan kondisi di PT PLN dengan pendekatan ergonomi yang dapat menunjang peningkatan kerja dari karyawan. Karena dengan kondisi kerja aman, nyaman, efisien dan efektif, manusia sebagai pekerja akan mencapai produktivitas yang tinggi serta dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. II. Metodologi penelitian Langkah-langkah metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Data dimensi tubuh manusia selanjutnya akan analisis statistik yang diperlukan dalam pengolahan data ini adalah uji kenormalan data, uji keseragaman, uji kecukupan data, selanjutnya akan dihitung percentile untuk masing-masing dimensi tubuh, dimana hal ini sangat diperlukan pada tahap perancangan. 2. Data-data subyektif yang berkaitan dengan perasaan atau kondisi tubuh karyawan pada saat bekerja distasiun loket pembayaran akan diolah untuk mengetahui bagaimana kondisi nyata yang dirasakan karyawan selama bekerja. Subyektifitas ini berupa keluhan-keluhan kelelahan pada bagian tubuh tertentu dengan kondisi yang ada dan langkahlangkah analisis subyektifitasnya. 3. Data waktu operasi selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan waktu dan output standar pada stasiun kerja loket pembayaran listrik. Serangkaian analisis statistik yang diperlukan dalam pengolahan data ini adalah uji statistik dan langkah-langkah perhitungan penentuan waktu standar dan output standar. III. Hasil dan pembahasan 1. Pengumpulan Data Mengetahui cara kerja dan tempat kerja yang digunakan oleh karyawan, maka terlebih dahulu perlu mengetahui kondisi kerja yang ada saat ini. Kondisi kerja yang ada saat ini sangat diperlukan untuk melakukan redesign loket pembayaran agar dapat mengurangi kelelahan sehingga meningkatkan efektifitas dan efisien kerja. Kelelahan biasanya terjadi pada jam kerja yang disebabkan karna berbagai faktor, seperti monotomi, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja istirahat yang tidak tepat. a. Identifikasi Keluhan Karyawan Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan pengisian checklist keluhan yang dirasakan pekerja loket pembayaran setelah bekerja selama 7 jam/hari. Dalam penelitian ini diambil 5 orang karyawan loket pembayaran. Sumber : Hasil Pengolahan Data Gambar 4.1 Keluhan Bagian Tubuh Karyawan Berdasarkan hasil Pengukuran Perasaan kelelahan secara subjektif dengan menggunakan IFRC (Industrial Fatige Research Committee) dari Jepang, maka tidak hanya bagian tubuh yang dirasakan melainkan juga pekerja merasakan pelemahan kegiatan seperti menguap, mengantuk, ada beban pada mata. b. Identifikasi Keluhan Pelanggan Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan pengisian checklist keluhan yang dirasakan pelanggan loket pembayaran. Dalam penelitian ini diambil 10 orang pelanggan loket pembayaran. Sumber : Hasil Pengolahan Data Gambar 4.2 Keluhan Bagian Tubuh Pelanggan Berdasarkan hasil Pengukuran Perasaan kelelahan secara subjektif dengan menggunakan IFRC (Industrial Fatige Research Committee) dari Jepang, maka tidak hanya bagian tubuh yang dirasakan melainkan juga pelanggan merasakan mengantuk. c. Perhitungan waktu baku Pengukuran waktu pekerjaan dilakukan dengan metode Stopwatch Time Study dengan pertimbangan bahwa pekerjaan atau aktifitas pembayaran ini berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dalam penelitian ini jumlah siklus atau data pengukuran yang diambil sebanyak 30 kali. S..... ........ Waktu Siklus (Ws) = = ... = 44,2 Waktu Normal (Wn) = Ws x faktor penyesuaian (p) \95 Skill = 0,06 \95 Effort = 0,08 \95 Condition = 0,06 \95 Consistency = 0,01 Jumlah = 0,21 Pekerja dianggap bekerja dengan normal, sehingga p1 = 1, maka p = p1+ p2 = 1,21 Wn = Ws x p = 44,2 (1,21) = 53,5 detik Waktu Baku (Wb) = Wn + Allowance Faktor Allowance : \95 Personal Allowance = 2% \95 Fatique Allowance = 1% \95 Delay Allowance = 3% Jumlah = 6% Waktu Baku = Waktu Normal + ( % Allowance Time x Waktu Normal) Waktu Baku = 53,5 + (6% x 53,5) = 53,5 + 3,21 = 56,7 detik d. Pengumpulan Data Antropometri Dimensi tubuh yang diukur dalam penelitian ini merupakan dimensi tubuh yang diperlukan untuk melakukan redesign. Pekerjaan yang dilakukan oleh operator adalah dengan posisi duduk sehingga dalam melakukan redesign yang digunakan sebagai acuan adalah data antropometri pekerja dalam posisi duduk dan untuk data antropometri pelanggan dalam posisi berdiri. Dalam penelitian ini sampel data diambil sebanyak 30 orang dewasa di laboratorium desain sistem kerja dan ergonomi. Data-data dimensi tubuh dapat dilihat pada Tabel 4.7 Keterangan TDT Tegak TBD LBD PGL Duduk TTK Kering JT ke Pelanggan JTU ke Uang JTP ke Printer PS TSD TPD Popliteal Duduk PKP Popliteal : = Tinggi Duduk = Tinggi Bahu Duduk = Lebar Bahu Duduk = Lebar Panggul = Tinggi Tulang = Jangkauan Tangan = Jangkauan Tangan = Jangkauan Tangan = Panjang Siku = Tinggi Siku Duduk = Lipat Lutut / Tinggi = Jarak Pantat ke TLD = Tinggi Lutut Duduk TSB = Tinggi Siku Berdiri TMB = Tinggi Mata Berdiri 2. Redesign Peralatan Kerja Secara Ergonomis Berdasarkan hasil pendataan yang diperoleh seperti data antropometri, data hasil pengukuran peralatan kerja sebelum dilakukan redesign maka sebagai solusi redesign peralatan kerja secara ergonomis dilakukan dengan penyesuaian ukuran peralatan kerja dengan ukuran antropometri berdasarkan data hasil pengukuran persentil dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan dalam redesign diberikan toleransi 2 cm (Nurmianto, E 2004). Catatan setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai, aplikasikan data tersebut dan tambahkan toleransi bila diperlukan. A. Meja a. Tinggi lutut duduk P95 atau TLD adalah 60,4 = 60 Cm (Tinggi rangka meja). Pertimbangan bila tinggi meja yang kurang tinggi akan menyebabkan pekerja selalu membungkuk sehingga penyebab kelelahan pada pinggang, kaki kesemutan dan menghabiskan tenaga yang besar serta pekerja akan cepat merasa pusing yang disebabkan oleh aliran darah yang menuju ke otak tidak lancar. b. Jangkauan tangan P50 atau JT adalah 68 Cm (Lebar rangka meja). Bila lebar meja kerja terlalu sempit akan mengakibatkan kurangnya daya tampung dari meja kerja tersebut. c. Jangkauan tangan P50 atau JT \D7 2 adalah 68 \D7 2 = 136 Cm (Panjang rangka meja). Bila terlalu panjang akan menyebabkan tidak terjangkaunya oleh tangan dan bila panjang meja terlalu pendek akan menyebabkan kelelahan tangan B. Tempat Uang a. Tinggi lutut duduk P95 atau TLD adalah 60,4 = 60 Cm (Tinggi rangka tempat uang). b. Jangkauan Tangan keuang P5 atau JTU = 50 Cm (Lebar dan Panjang tempat uang). C. Kursi a. Tinggi bahu duduk P5 atau TBD adalah 56,3 = 56 Cm (Tinggi Sandaran Kursi). b. Lipat lutut atau Tinggi popliteal duduk P50 atau TPD + Toleransi adalah 50 + 2 = 52 Cm (Tinggi Kaki Kursi). Tinggi Kaki kursi dipilih Persentile 50 bertujuan mengakomodasi orang yang mempunyai tungkai bawah yang panjang , untuk orang mempunyai tungkai bawah pendek dapat ditambah penyangga pada kaki kursi atau agar karyawan kecil tidak terjadi kondisi kaki menggantung sedangkan untuk operator yang besar tidak terjadi pengangkatan paha. c. Lebar panggul duduk P95 atau PGL = 39 Cm (Lebar rangka kursi). Lebar kursi dipilih persentil 95 agar karyawan yang mempunyai panggul dapat ditopang oleh kursi. d. Jarak pantan ke popliteal P50 atau PKP = 47 Cm (Panjang rangka kursi). Kedalaman kursi dipilih persentil 50 agar karyawan yang mempunyai jarak dari lutut kepantat yang panjang dapat tertopang oleh kursi. e. Lebar bahu duduk P50 atau LBD adalah 43,5 = 44 Cm ( Lebar sandaran kursi). f. Kaca Loket Untuk kaca loket ukuran awal tidak akan dirubah tetapi hanya memberikan penambahan dibagian tertentu berdasar keluhan pelanggan selama ini, penambahan berupa penyangga tangan dan lubang di bagian kaca agar pelanggan tidak perlu menunduk untuk berinteraksi dengan operator, dapat dilihat pada Gambar 4.6. 4.3 Analisis Hasil 4.6.1 Sebelum redesign : a. Karyawan mempunyai keluhan yang dirasakan selama bekerja seperti sakit di leher, bahu, lengan, penggung, pantat, tangan, paha dan pergelangan kaki tidak hanya bagian tubuh yang dirasakan melainkan juga pelemahan kegiatan seperti menguap, mengantuk, ada beban di mata. b. Pelanggan mempunyai keluhan yang dirasakan seperti seperti leher, tangan, pinggang, dan kaki tidak hanya bagian tubuh yang dirasakan melainkan juga mengantuk dan susah berinteraksi dengan operator. 4.6.2 Sesudah redesign : a. Meja dan tempat uang Meja dan tempat uang digabung menjadi satu dan bagian tempat uang bukan hanya untuk meletakkan uang melainkan juga bisa sebagai tempat menyimpan barang dan apabila tidak dipakai bisa dimasukkan ke dalam meja. b. Kursi Kursi di beri busa pada sandaran dan tempat duduk agar karyawan merasakan nyaman saat duduk dengan jangka waktu lama (7 Jam/Hari) dan Kursi tidak diberi penyangga tangan agar karyawan dapat lebih leluasa bergerak. c. Kaca loket Ukuran loket tidak di ubah hanya ditambah penyangga tangan dan lubang di bagian kaca agar pelanggan tidak perlu menunduk untuk berinteraksi dengan operator. 4.6.3 Hasil redesign Dari hasil redesign yang telah dilakukan diharapkan keluhan selama ini dapat berkurang dan dapat menunjang peningkatan kerja dari karyawan. Dengan kondisi kerja aman, nyaman, efisien dan efektif karyawan akan mencapai produktivitas dalam bekerja. Beberapa perbaikan kondisi kerja dapat dilihat pada Tabel 4.11. IV. Simpulan Data yang di dapat dilapangan untuk karyawan tidak ergonomis karna adanya keluhan yang dirasakan saat karyawan bekerja secara rutin tiap hari seperti merasa sakit di leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, pantat, tangan, paha, pergelangan kaki dan karyawan merasa pelemahan kegiatan seperti mengantuk, menguap, ada beban dimata. Dari hasil redesign yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa karyawan lebih puas dengan perbaikan kondisi kerja sesudah redesign dengan ukuran : a. Meja kerja tinggi 60 cm, lebar 68 cm, panjang 136 cm. b. Tempat uang tinggi 60 cm, lebar 50 cm, panjang 50 cm, jangkauan tangan 50 cm. c. kursi kerja tinggi sandaran 56 cm, tinggi kaki 52 cm, lebar 39 cm, panjang 47 cm. V. Saran 1. Dalam merancang sistem kerja dimana terjadi interaksi antara manusia dan mesin, hendaknya dimensi dari fasilitas kerja dibuat sesuai dengan dimensi tubuh manusia yang menggunakannya dan disarankan bagi para peneliti lainnya untuk meneliti aspek lingkungan kerja. 2. Hasil redesign tidak menutup kemungkinan untuk diciptakannya inovasi baru yang lebih berteknologi dengan menyesuaikan kebutuhan fasilitas ditempat kerja dengan desain secara ergonomi akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. DAFTAR RUJUKAN Manuaba, A. (2000). Ergonomi,Kesehatan dan Keselamatan Kerja Proceeding. Surabaya: Seminar Nasional Ergonomi. Nurmianto, E. (2008). Ergonomi, Konsep, Dasar dan Aplikasi . Jakarta: Guna Widya. Sutalaksana, dkk. (2006). Teknik Tata Cara Kerja . Bandung: Jurusan Teknik Industri ITB. Wignjosoebroto, Sritomo. (2008). Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya, ITS. Wignjosoebroto, Sritomo. (2001). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Guna Widya.